Review The Great Gatsby (2013)
Perhatian! Ini bukan film tentang produk minyak rambut pria yang hebat meskipun faktanya banyak pria dengan rambut klimis di dalamnya. Ya, ini adalah The Great Gatsby yang lain, sebuah remake dari drama romantis berjudul sama yang disutradarai Jack Clyaton dan dibintangi Robert Redford empat dekade lalu. Di versi daur ulangnya ini ada sutradara Moulin Rouge Baz Luhrmann yang mencoba menciptakan kembali dunia cinta penuh konflik di era jazz klasik dari setiap lembar dari novel yang juga sumber aslinya milik yang penulis kondang F. Scott Fitzgerald.
Kisahnya dibuka dengan narasi yang disuarakan lulusan Yale
dan veteran perang dunia pertama, pemuda naif alkoholik itu adalah Nick
Carraway (Tobey Maguiere) yang sebelumnya pernah terjebak dalam
kehidupan glamor dan konflik cinta para tetangganya di West Egg, Long Island.
Ada pasangan pasutri kaya, Daisy Buchanan (Carey Mulligan), dan
suaminya, Tom (Joel Edgerton) yang juga teman Nick sewaktu kuliah. Lalu
juga ada Jordan Baker (Elizabeth Debicki), wanita cantik, sahabat Daisy
yang ingin dipasangkan dengan Nick. Tetapi yang paling menarik perhatian
Nick adalah tetangga samping rumahnya, seorang miliader misterius
bernama Gatsby (Leonardo DiCaprio) yang sering mengadakan pesta
besar-besaran di rumah mewahnya.
Ada kemeriahan pesta yang dipenuhi
musik, dansa dan kembang api penuh warna warnai yang glamor, ya, itu
semua seperti materi-materi kesukaan Lurhmann apalagi ketika kamu
memberikan tema cinta tragis di dalamnya bisa dipastikan ia akan
memberikanmu sebuah sajian megah dengan visual yang sama cantiknya
dengan performa para ensemble cast yang bermain di dalamnya,
apalagi kali ini Lurhmann menghadirkannya dalam format 3D yang sedang
booming. Sumber aslinya adalah bacaan yang bagus, sama bagusnya dengan
karya klasik Shakespeare, Romeo and Juliet yang pernah diadaptasi Lurhmann dalam era modern yang juga diperankan DiCaprio sebagai Capulet muda, tetapi Gatsby
sendiri punya materi lebih dewasa, lebih kompleks dari dua sejoli yang
cinta mati dan juga erat dengan era modern saaat ini ketika ia banyak
menyinggung dunia para hedonis yang penuh dengan materi berlebih,
meskipun di balik setiap pakaian mahal, mobil mewah dan perhiasaan
berkilaunya ini masih sama-sama berisi tentang cinta sejati dan
pengorbanan besar.
Untuk teknis, Lurhmann jelas tidak usah diragukan, dari Strictly Ballroom
yang kecil sampai Australia yang besar ia punya cita rasa tinggi dalam
memvisualisasikan setiap momen-momen sentimentilnya bersama balutan
artisitik tingkat tinggi yang memukau dan memanjakan mata, editing cepat
plus dukungan musik-musik kontemporer yang tidak sesuai dengan
jamannya. Namun di sisi lain Lurhmann sebenarnya bukan pencerita yang
ulung bahkan Moulin Rouge sendiri yang buat saya adalah karya
terbaik Lurhmann juga banyak tertolong oleh performa apik Nicole Kidman
dan Ewan McGregor serta pilihan tembang-tembang romantisnya yang indah,
maka tidak terlalu mengejutkan jika narasi Gatsby tidak mampu hadir sekuat novelnya atau setidaknya versi 78′nya yang sempat populer itu.
Ya, meskipun tidak sampai terseok-seok seperti Australia, tetapi Gatsby
terasa terlalu lama dan seperti berputar-putar untuk mencapai titik
yang ingin dituju, namun masalah terbesarnya bukan pada durasi yang
panjang, plot dragging atau dialog-dialog membosankannya,
tetapi ketika Luhrmaan gagal menghadirkan sisi emosional yang seharusnya
bisa tergali lebih dalam lagi dari kisah cinta tragis macam ini padahal
hampir semua pemainnya sendiri sudah semaksimal mungkin menghadirkan
setiap karakternya dengan perfoma yang bagus, terutama Joel Edgerton
yang tampil paling apik. Sementara karakter utama Gatsby yang dibawakan
DiCaprio tersaji bak dua sisi mata uang yang berbeda, begitu misterius
dan berwiba di awal namun ia begitu kesepian dan menyedihkan di sisi
lainnya sebagai pria yang menderita banyak karena cinta.
Satu lagi adaptasi Lurhmaan yang tidak mampu memberikan sebuah penghormatan besar pada sumber aslinya. The Great Gatsby
itu hanya terasa mewah di kulit luarnya dengan segala parade visual
yang cantik dan iring-iringan lagunya yang enak, namun dalam hal miskin
ketika mengadaptasi emosi dari setiap lembar tulisan-tulisan apik
Fitzgerald tentang cinta sejati dan pengorbanan di gemerlapnya dunia
yang penuh harta dan ketenaran.
Rating: